Minggu, 06 Oktober 2024

MODERASI BERAGAMA PENJAGA PERSATUAN BANGSA

 

الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله. والصلاة والسلام على رسول الله محمد صلى الله عليه وسلم، الذي جاءنا بالإسلام دين الوسطية والاعتدال أما بعد، فإن موضوع الاعتدال في الدين يُعدّ من أهم القضايا التي يحتاجها المجتمع في العصر الحالي، حيث نشهد كثيرًا من التحديات الفكرية والاجتماعية التي تجعل من الضروري التمسك بمبادئ الوسطية والاعتدال في كل مجالات الحياة، وخاصة في الأمور الدينية  فالإسلام دين الاعتدال الذي لا يغلو في أي جانب من جوانب الحياة، وهو دين يتطلب من أتباعه  التعامل مع الآخرين بحكمة ورحمة، سواء كانوا مسلمين أو غير مسلمين، إذ قال الله تعالى في كتابه العزيز:  

 "وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا" (البقرة: 143).


Moderasi beragama adalah sikap yang seimbang dan tidak berlebihan dalam menjalankan ajaran agama. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berada di jalan tengah, tidak ekstrem dan tidak pula lalai.

1. Pentingnya Moderasi dalam Beragama

Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan dan moderasi. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 143:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ  وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ  ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ 

"Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan


) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia
".

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT menjadikan umat Islam sebagai umat yang moderat, yang selalu berada di tengah-tengah antara dua kutub ekstrem.

2. Menghindari Sikap Berlebihan dalam Beragama

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk menghindari sikap berlebihan dalam beragama. Beliau bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ ؛ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّيْنِ

"Jauhilah oleh kalian berlebih-lebihan dalam beragama, karena yang demikian itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian." (HR. Ahmad)

Hadis ini mengingatkan kita bahwa sikap berlebihan dalam menjalankan ajaran agama dapat membawa kepada kehancuran, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

3. Mengutamakan Toleransi dan Kesabaran

Islam mengajarkan kita untuk bersikap toleran dan sabar dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk yang berbeda keyakinan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Ayat ini mengajarkan kita untuk saling mengenal dan menghormati perbedaan yang ada di antara kita, serta mengutamakan ketakwaan sebagai ukuran kemuliaan di sisi Allah SWT.

4. Menjaga Persatuan dan Kesatuan Umat

Moderasi dalam beragama juga berarti menjaga persatuan dan kesatuan umat. Nabi Muhammad SAW bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

"Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain seperti bangunan yang sebagian menguatkan sebagian yang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memperkuat satu sama lain, serta menjaga persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.

5. Mengedepankan Akhlak Mulia

Moderasi beragama juga tercermin dalam akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)

Dengan mengedepankan akhlak mulia, kita menunjukkan sikap moderat dalam beragama, yang tidak hanya mementingkan aspek ibadah tetapi juga aspek sosial dan kemanusiaan.

Kesimpulannya

Moderasi dalam beragama adalah kunci untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan dalam menjalani kehidupan beragama. Dengan bersikap moderat, kita dapat menghindari sikap ekstrem yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, serta menjaga persatuan dan kesatuan umat.










Abdul Rochim, S.H.

Penyuluh Agama Islam Kecamatan Winong


Sabtu, 08 Juni 2024

KEPADA SIAPAKAH KITA HARUS BERLAKU ADIL

 اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ.

 أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَام

وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام.

  اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين

       أَمَّا بَعْدُ: ... فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ


       Ma’a’asyiral muslimin wal-mu’minin rahimakumullah,

       Pada saat ini, saya mengajak kepada hadirin sekalian untuk selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepada kita. Hingga saat ini, kita diberikan kemampuan untuk hadir memenuhi panggilan Allah, melaksanakan kewajiban kita beribadah pada hari Jum’at.

       Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa dan mengeluarkan kita dari alam gelap gulita, jahiliyah, menuju alam terang benderang dengan sinar dan pancaran Ilahi Rabbi, dengan syariat yang kita laksanakan. Semoga salawat dan salam ini tercurah pula kepada keluarga dan para sahabatnya serta kepada para pengikutnya yang setia dan taat mengikuti sunnahnya hingga yaumil akhir kelak.

       Selanjutnya khatib berpesan, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. dengan sebenar-benarnya takwa, berusaha untuk senantiasa melakukan kebaikan dan meninggalkan segala bentuk kejahatan dan maksiat.

       Kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah

        Perilaku adil merupakan bagian dari al-akhlaq al-karimah, apabila definisi adil itu sudah direfleksikan dengan sebuah sikap dan perilaku, maka ia akan menjadi bagian dari sifat akhlak yang terpuji. Sikap dan perilaku adil merupakan sebuah refresentasi dari perilaku seseorang,  lalu terbukti dalam perilaku nyata dalam kesehariannya, maka ia tidak akan pernah mendzalimi kepada orang lain dan kelompok manapun. Ia akan senantiasa berlaku adil dengan berlandaskan pada hukum-hukum Allah.

       Adil juga bisa dimaknai dengan dengan memposisikan sesuatu itu sesuai dengan letak dan porsinya. Dengan dasar sabda Nabi Saw:

وضع شيءفى محله

       Adil itu adalah menempatkan sesuatu pada forsinya

       Meletakkan dasar-dasar keadilan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan dan kewajiban pada setiap individu dan pribadi muslim, apalagi bagi seseorang yang sedang mengemban amanah sebagai pemimpin. Allah Swt. menegaskan dalam al-Qur’an surat An-Nisa ayat ke-58:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرً

       Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat

       Kaum muslimin jamaah Jum’at rahimakumullah,

       Perilaku terpuji dalam menerapkan nilai dan makna adil dan paling mudah dilihat dalam tatanan kehidupan adalah menetapkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah yang kompleks untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh syariat agama.

       Dengan demikian, perbuatan adil itu merupakan suatu tindakan yang berdasar pada nilai-nilai kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi. Allah Swt., menegaskan:

اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

       ...berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-maidah: 8)

       Kita selaku pribadi-pribadi muslim yang beriman, dituntut untuk selalu menegakan kebenaran karena Allah, abila kita menjadi saksi maka kita harus menjadi saksi yang sebenar-benarnya, dan sejujur-jujurnya. Sejatinya pribadi muslim itu sangat anti terhadap dusta dan kebohongan, terlebih kebohongan yang berimplikasi pada tatanan publik yang luas, karena dampaknya akan luar biasa. Pribadi muslim, apalagi yang mempunyai amanah sebagai pemimpin, sekali-kali tidak boleh memihak pada salah satu pihak atau golongan, sebab hal itu adalah bagian dari ketidakadilan. Seorang pemimpin harus berlaku adil kepada seluruh yang dipimpinnya, bahkan tanpa terkecuali  kepada musuhnya atau rakyat yang tidak memihak kepadanya sekalipun.

       Begitu niscayanya penerapan keadilan dalam kehidupan masyarakat, hingga Rasulullah pernah bersabda:

وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

       ... Demi Allah Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya. (HR. Bukhari) 

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Berperilaku adil dapat kita realisasikan kedalam beberapa hal, diantaranya:

       Pertama, berlaku adillah kepada Allah. Maknanya adalah kita harus mampu dan beri’tikad dalam jiwa dan perilaku kita untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang harus kita sembah. Inilah prinsip keadilan utama setiap pribadi muslim dengan Dzat yang telah menciptakan dirinya. Ia (pribadi muslim) menyadari bahwa semua nikmat yang melekat dalam setiap gerak dan langkahnya merupakan karunia dari Allah Swt. Maka berbuat adil dalam pemahaman makna ini adalah berlaku proporsional kepada Allah adalah dengan memenuhi hak-Nya.

        Kemudian yang kedua berlaku adillah kepada diri sendiri.

        Maknanya adalah mampu meletakkan dirinya pada situasi dan kondisi yang baik, dan berprinsip pada nilai-nilai kebenaran. Mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan norma syariat agama.

        Pribadi yang sudah mampu menyeleksi makanan-makanan yang halal dari yang haram, bahkan mampu menyeleksi makanan yang baik dengan yang baik namun kurang baik bagi kesehatan tubuhnya, dengan istilah yang sangat populer halalan thayyiban, adalah cerminan dari perilaku adil terhadap diri sendiri. Lalu stirahat yang cukup, tidak menyiksa diri sendiri seperti halnya mentato kulit, tidak bahkan menjauhi minuman khamar (alkohol), narkoba, dan lain sebagainya, adalah cerminan ia telah berlaku adil terhadap dirinya sendiri.

       Kaum muslimin rahimakumullah,

       Lalu yang ketiga berlaku adil kepada orang lain. Maksudnya adalah meletakkan dan bersikap kepada orang lain orang lain pada tempat yang seharusnya. Berperilaku adil kepada orang lain harus kita lakukan, dan hal itu kita lakukan kepada semuanya tidak terkecuali bahkan kepada musuh atau orang yang kita benci sekalipun, sebagaimana halnya dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat ke-58 di atas.

        Sebagai renungan bagi kita semua mari kita sikapi hadits Rasulullah Saw., dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw., bersabda:

ماَ مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

       Tidaklah seorang hamba, Allah berikan amanah untuk memimpin rakyat, kemudian dia meninggal dunia dalam kondisi berbuat curang (tidak adil) terhadap rakyatnya, melainkan Allah haramkan dirinya dari surga. (HR. Muslim)

       Semoga kita dikaruniai Allah memiliki jiwa adil kepada diri sendiri dan orang lain dan Allah mengarunia kepada kita pemimpin yang adil. Aamiin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Oleh: Dr. H. Syarif Husain, S.Ag. M.Si

   

     

MODERASI BERAGAMA PENJAGA PERSATUAN BANGSA

  ا لحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله. والصلاة والسلام على رسول الله محمد صلى الله عليه وسلم، الذي جاءنا بالإسلام...