اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ.
أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَام
وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام.
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين
أَمَّا بَعْدُ: ... فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ
Ma’a’asyiral
muslimin wal-mu’minin rahimakumullah,
Pada saat ini, saya mengajak kepada hadirin sekalian untuk
selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah dianugerahkan Allah
Swt. kepada kita. Hingga saat ini,
kita diberikan kemampuan untuk hadir memenuhi panggilan Allah, melaksanakan kewajiban kita beribadah pada
hari Jum’at.
Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa dan mengeluarkan kita
dari alam gelap gulita, jahiliyah, menuju
alam terang benderang dengan sinar dan pancaran Ilahi Rabbi, dengan syariat yang kita laksanakan. Semoga salawat dan salam ini tercurah
pula kepada keluarga dan para sahabatnya serta kepada para pengikutnya yang
setia dan taat mengikuti sunnahnya hingga yaumil akhir kelak.
Selanjutnya
khatib berpesan, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt.
dengan sebenar-benarnya takwa, berusaha untuk senantiasa melakukan kebaikan dan
meninggalkan segala bentuk kejahatan dan maksiat.
Kaum muslimin jamaah Jum’at
rahimakumullah
Perilaku
adil merupakan bagian dari al-akhlaq al-karimah, apabila definisi adil
itu sudah direfleksikan dengan sebuah sikap dan perilaku, maka ia akan menjadi
bagian dari sifat akhlak yang terpuji. Sikap dan perilaku adil merupakan sebuah
refresentasi dari perilaku seseorang, lalu
terbukti dalam perilaku nyata dalam kesehariannya, maka ia tidak akan pernah
mendzalimi kepada orang lain dan kelompok manapun. Ia akan senantiasa berlaku
adil dengan berlandaskan pada hukum-hukum Allah.
Adil juga bisa dimaknai dengan dengan
memposisikan sesuatu itu sesuai dengan letak dan porsinya. Dengan dasar sabda
Nabi Saw:
وضع شيءفى محله
Adil itu adalah menempatkan sesuatu
pada forsinya
Meletakkan dasar-dasar keadilan pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah sebuah keniscayaan dan
kewajiban pada setiap individu dan pribadi muslim, apalagi bagi seseorang yang
sedang mengemban amanah sebagai pemimpin. Allah Swt. menegaskan dalam al-Qur’an
surat An-Nisa ayat ke-58:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ
تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ
تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ
كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرً
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat
Kaum muslimin jamaah Jum’at
rahimakumullah,
Perilaku
terpuji dalam menerapkan nilai dan makna adil dan paling mudah dilihat dalam
tatanan kehidupan adalah menetapkan suatu kebenaran terhadap dua masalah atau
beberapa masalah yang kompleks untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh syariat agama.
Dengan demikian, perbuatan adil itu
merupakan suatu tindakan yang berdasar pada nilai-nilai kebenaran, bukan
mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi. Allah Swt., menegaskan:
اِعْدِلُوْاۗ
هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ
...berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-maidah: 8)
Kita selaku pribadi-pribadi muslim yang
beriman, dituntut untuk selalu menegakan kebenaran karena Allah, abila kita
menjadi saksi maka kita harus menjadi saksi yang sebenar-benarnya, dan
sejujur-jujurnya. Sejatinya pribadi muslim itu sangat anti terhadap dusta dan
kebohongan, terlebih kebohongan yang berimplikasi pada tatanan publik yang
luas, karena dampaknya akan luar biasa. Pribadi muslim, apalagi yang mempunyai
amanah sebagai pemimpin, sekali-kali tidak boleh memihak pada salah satu pihak
atau golongan, sebab hal itu adalah bagian dari ketidakadilan. Seorang pemimpin
harus berlaku adil kepada seluruh yang dipimpinnya, bahkan tanpa
terkecuali kepada musuhnya atau rakyat
yang tidak memihak kepadanya sekalipun.
Begitu niscayanya penerapan keadilan
dalam kehidupan masyarakat, hingga Rasulullah pernah bersabda:
وَايْمُ اللهِ
لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
... Demi Allah Jika sekiranya Fatimah
binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya. (HR. Bukhari)
Kaum muslimin rahimakumullah,
Berperilaku adil dapat kita realisasikan
kedalam beberapa hal, diantaranya:
Pertama, berlaku adillah kepada Allah.
Maknanya adalah kita harus mampu dan beri’tikad dalam jiwa dan perilaku kita
untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang harus kita sembah.
Inilah prinsip keadilan utama setiap pribadi muslim dengan Dzat yang telah
menciptakan dirinya. Ia (pribadi muslim) menyadari bahwa semua nikmat yang
melekat dalam setiap gerak dan langkahnya merupakan karunia dari Allah Swt. Maka
berbuat adil dalam pemahaman makna ini adalah berlaku proporsional kepada Allah
adalah dengan memenuhi hak-Nya.
Kemudian yang kedua berlaku adillah
kepada diri sendiri.
Maknanya adalah mampu meletakkan dirinya
pada situasi dan kondisi yang baik, dan berprinsip pada nilai-nilai kebenaran.
Mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani sesuai dengan norma syariat agama.
Pribadi yang sudah mampu menyeleksi
makanan-makanan yang halal dari yang haram, bahkan mampu menyeleksi makanan
yang baik dengan yang baik namun kurang baik bagi kesehatan tubuhnya, dengan
istilah yang sangat populer halalan thayyiban, adalah cerminan dari
perilaku adil terhadap diri sendiri. Lalu stirahat yang cukup, tidak menyiksa
diri sendiri seperti halnya mentato kulit, tidak bahkan menjauhi minuman khamar
(alkohol), narkoba, dan lain sebagainya, adalah cerminan ia telah berlaku adil
terhadap dirinya sendiri.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Lalu yang ketiga berlaku adil kepada
orang lain. Maksudnya adalah meletakkan dan bersikap kepada orang lain orang
lain pada tempat yang seharusnya. Berperilaku adil kepada orang lain harus kita
lakukan, dan hal itu kita lakukan kepada semuanya tidak terkecuali bahkan
kepada musuh atau orang yang kita benci sekalipun, sebagaimana halnya
dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat ke-58 di atas.
Sebagai renungan bagi kita semua mari
kita sikapi hadits Rasulullah Saw., dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah Saw., bersabda:
ماَ
مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ، وَهُوَ
غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Tidaklah seorang hamba, Allah berikan
amanah untuk memimpin rakyat, kemudian dia meninggal dunia dalam kondisi
berbuat curang (tidak adil) terhadap rakyatnya, melainkan Allah haramkan
dirinya dari surga. (HR. Muslim)
Semoga kita dikaruniai Allah memiliki
jiwa adil kepada diri sendiri dan orang lain dan Allah mengarunia kepada kita
pemimpin yang adil. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ
الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ
الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Oleh: Dr. H. Syarif Husain, S.Ag. M.Si